Bibit Buah Alpukat

Rp45,000.00

Jual  Bibit Buah Alpukat>

Menyediakan aneka jenis alpukat unggul

Untuk dataran rendah sampai medium : Varietas Miki, Aligator, Kendil, Cuba, Reed.
Untuk Dataran medium sampai dataran tinggi : Hass, Pinkerton, Reed, SAB, dll

Pilihlah varietas yang sesuai dengan lokasi dan target pasar.

Deskripsi

Spesifikasi :

Media : Campuran Tanah Dengan Kompos
Kemasan : Polybag
Harga : tergantung ukuran bibit
Kami menyediakan bibit Alpukat unggul

 

[spoiler title=”Tanaman ini asalnya dari mana?”]

Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah. Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.

[/spoiler]

[spoiler title=”Apa manfaat lain tanaman selain dikonsumsi buahnya?”]

Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai makanan buah segar. Selain itu manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik. Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda sebagai obat tradisional (obat batu ginjal, rematik), Batangnya baik untuk bahan bangunan. Bila digunakan untuk kayu bakar, energi batang alpukat rendah. Tanaman ini baik untuk konservasi lahan yang miring dan curam.

[/spoiler]

[spoiler title=”Tanaman ini cocoknya dimana dan syarat tumbuhnya bagaimana?”]

Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5 – 1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200 – 1000 m dpl. Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4 – 73,6 km/jam dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah patah. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750 – 1000 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2 – 6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m. Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40 – 80 %. Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8 – 28,3 oC.

 

Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15 – 30 oC atau lebih. Tanaman alpukat tumbuh optimal pada tanah gembur, tidak tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (aluvial loam). Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6 – 6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang.

[/spoiler]

[spoiler title=”Varietas tanaman yang sudah beredar apa saja dan bagaimana ciri/perbedaannya?”]

Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Varietas unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:
a. Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5 – 8 m, alpukat ijo bundar 6 – 8 m.
b. Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo bundar bulat panjang dengan tepi berombak.
c. Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.
d. Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3 – 0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3 – 0,4 kg
e. Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong (oblong).
f. Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak, gurih, agak kering.
g. Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5 – 10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5 cm.
h. Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5 – 18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9 cm.
i. Hasil: alpukat ijo panjang 40 – 80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar 20 – 60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).

 

2) Varietas lain
a. Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol

[/spoiler]

[spoiler title=”Berbuah berapa tahun sejak ditanam?”]

Tanaman alpukat dari bibit asal biji mulai berbuah pada umur 9-12 tahun. Sedangkan tanaman alpukat yang berasal dari bibit okulasi atau sambung akan mulai berbuah pada umur 4 tahun dengan produksi 3.300 kg/ha. Produksi ini akan terus bertambah hingga mencapai kestabilan pada tahun ke-7 (panen keempat) dengan jumlah produksi rata-rata 12.000 kg/ha. Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar sampai enam bulan kemudian, karena buah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan dari saat bunga mekar.

 

Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila buah-buah contoh tersebut masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah tua dan siap dipanen. Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, dan musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen dapat terjadi setiap bulan.

[/spoiler]

[spoiler title=”Umur produktif tanaman sampai berapa tahun?”]

Tanaman alpukat dapat memproduksi buah sampai dengan umur 25 tahun.

Bisa berapa banyak produksi per pohon buahnya? Ada musim ga?
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik dapat mencapai 70 – 80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg.

[/spoiler]

[spoiler title=”Hama dan penyakit apa saja yang sering menyerang tanaman?”]
Hama dan penyakit apa saja yang sering menyerang tanaman? Tanda-tanda / gejala serangannya seperti apa?

Hama pada Daun

1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf), Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih dan dipenuhi rambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah menyala. Gejala: Daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun habis sama sekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat kepompong bergelantungan. Pengendalian: Menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1 – 3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2 – 3 cc/liter.

 

2) Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.), Ciri: Sayap kupu-kupu dapat mencapai ukuran 25 cm dengan warna coklat kemerahan dan segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm dan mempunyai duri yang berdaging. Pupa terdapat di dalam kepompong yang berwarna coklat. Gejala: Sama dengan gejala serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun. Pengendalian: Sama dengan pemberantasan ulat kipat.

 

3) Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas. Ciri: Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat. Hama ini mengeluarkan embun madu yang biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam dan semut berdatangan. Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan yang hebat tanaman akan kerdil dan terpilin. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, misalnya Orthene 75 SP dengan dosis 0,5 – 0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.

 

4) Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dengan jumlah 14 – 18 pasang dan yang terpanjang di bagian pantatnya. Gejala: Pertumbuhan tanaman terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, dan lama kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida yang mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1 – 1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi fomula.

 

5) Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd), Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan, sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan. Terdapat beberapa bercak hitam, kaki dan bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5 mm. Gejala: Permukaan daun berbintik- bintik kuning yang kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yang halus. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun menjadi layu dan rontok. Pengendalian: Disemprot dengan akarisida Kelthan MF yang mengandung bahan aktif dikofoldan, dengan dosis 0,6 – 1 liter/ha.

 

Hama pada Buah

1) Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.), Ciri: Ukuran tubuh 6 – 8 mm dengan bentangan sayap 5 – 7 mm. Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih dan bagian perut coklat muda dengan pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda dan kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm. Gejala: Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk karena dimakan larva. Pengendalian: Dengan umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC yang berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter dan tindakan yang paling baik adalah memusnahkan semua buah yang terserang atau membalik tanah agar larva terkena sinar matahari dan mati.

 

2) Codot (Cynopterus sp), Ciri: Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buah- buahan pada malam hari. Gejala: Terdapat bagian buah yang berlubang bekas gigitan. Buah yang terserang hanya yang telah tua, dan bagian yang dimakan adalah daging buahnya saja. Pengendalian: Menangkap codot menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin yang diberi peluit sehingga dapat menimbulkan suara.

 

Hama pada Cabang/Ranting

1) Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf). Ciri: Kumbang yang lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua dan berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2 mm. Gejala: Terdapat lubang yang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan itu dapat semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan ke daun, kemudian daun menjadi layu dan akhirnya cabang atau ranting tersebut mati. Pengendalian: Cabang/ranting yang terserang dipangkas dan dibakar. Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dalam Orthene 75 SP dengan dosis pemberian 0,5 – 0,8 gram/liter dan Diazinon 60 EC dosis 1 – 2 cc/liter.

 

Penyakit yang disebabkan Jamur

1) Antraknosa, Penyebab: Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang mempunyai miselium berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu dan sporanya berwarna jingga. Gejala: Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga, buah/cabang tanaman yang terserang akan gugur. Pengendalian: Pemangkasan ranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal (sudah tua tapi belum matang). Dapat juga disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 minggu sebelum pemetikan dengan dosis 2 – 2,5 gram/liter.

 

2) Bercak daun atau bercak cokelat, Penyebab: cercospora purpurea Cke./dikenal juga dengan Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap dan menyukai tempat lembab. Gejala: bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang dapat dimasuki organisme lain. Pengendalian: Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan dosis 1 – 2 gram/liter atau dapat juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.

 

3) Busuk akar dan kanker batang, Penyebab: Jamur Phytophthora yang hidup saprofit di tanah yang mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dengan drainase jelek. Gejala: Bila tanaman yang terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal adalah kematian pohon. Bila batang tanaman yang terserang maka akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang. Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air yang menggenang/dengan membongkar tanaman yang terserang kemudian diganti dengan tanaman yang baru.

 

4) Busuk buah, Penyebab: Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada luka pada permukaan buah. Gejala: Bagian yang pertama kali diserang adalah ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yang kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil. Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif Zineb, dengan dosis 2 – 2,5 gram/liter.

[/spoiler]

[spoiler title=”Varietas Alpukat dan Ciri Deskripsinya”]

1. Alpukat Winslowson

Alpukat Winslowson

 

Alpukat ini bobot buahnya terberat di antara semua jenis alpukat, mencapai 0,50 kg. Panjang buah 12 cm dan diameter buah 12 cm. Bentuk buah bulat tidak simetris. Bentuk ujung buah agak miring dan pangkalnya tidak berleher seperti jenis lainnya. Warna kulit buah bila matang hijau tua. Daging buah tebal, rata-rata 3 cm, dan berwarna kekuningan. Rasanya gurih agak manis. Bentuk biji gepeng dengan panjang 6 cm dan diameter 5 cm. Produksi buah per pohon per tahun mencapai 22,1 kg

2. Alpukat Merah Bundar

Alpukat Merah Bundar

Alpukat ini mudah sekali dibedakan dari jenis lainnya: warna kulit buahnya merah tua saat matang dan bentuknya agak bundar. Ujung buahnya tumpul, sedangkan pangkalnya meruncing. Panjang buah sekitar 11 cm dan lebarnya 8 cm dengan berat 0,29 kg. Jenis ini hanya menghasilkan buah sekitar 12,5 kg per pohon per tahun. Daging buah agak tebal, rata-rata sekitar 2 cm, dengan rasa gurih. Warna daging buah kuning. Bijinya berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 5,5 cm dan diameter 4 cm.

3. Alpukat Ijo Panjang

Alpukat Ijo Panjang

Alpukat ini berbuah sepanjang tahun tergantung lokasi dan kesuburan tanah. Kerontokan buah sedikit. Berat buah antara 0,3-0,5 kg. Bentuknya seperti buah pear dengan ujung tumpul dan pangkal meruncing. Panjangnya 11,5-18 cm dan diameternya 6,5-10 cm. Tebal, kulit buah 1,5 mm berwarna hijau kemerahan dengan permukaan licin berbintik kuning. Daging buahnya tebal (sekitar 2 cm), bertekstur agak lunak, berwarna kuning, dan rasanya gurih. Bijinya berbentuk jorong dengan rata-rata panjang 5,5 cm dan diameter 4 cm. Produksi buah rata-rata 16,1 kg per pohon per tahun.

[/spoiler]

Ulasan

Belum ada ulasan.

Be the first to review “Bibit Buah Alpukat”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *